Jumat, 09 Agustus 2013

PENGERTIAN SISTIM PLATINA

Pengertian sistem platina


Sistem platina
Sistem platina adalah sebagai plat kontak untuk menghubungkan dan memutus aliran listrik primer koil agar terjadi iduksi/GGL pada sekunder yang berupa listrik tegangan tinggi untuk mensuplaibusi agar bias memercikan bunga api ke dalam ruang bakar
Platina dikontrol oleh nok DELCO {DISTRIBUTOR}, apabila kaki ebonite tidak terdorong oleh nok delco maka plat kontak akan terhubung sekaligus mengalirkan aliran listrik primer ke koil dan menciptakan medan magnet pada primer koil,
Pada saat nok delco menyentuh ebonite platina maka listrik dari primer akan terputus pada saat listrik primer terputus maka terjadi induksi tegangan tinggi pada kondensor yang terhubung pararel dengan platina akan membantu meningkatkan induksi dan menghilangkan bunga api pada saat platina mulai membuka ,hali ini bertujuan agar plat kontak platina tidak mudah terbakar dan mampu berumur panjang.

CARA MENYETEL PLATINA MOBIL

Cara Menyetel Celah Platina Mobil

Engine tercipta oleh adanya proses pembakaran yang sempurna dalam ruang bakar motor. Proses pembakaran ini terjadi merupakan kesatuan yang sempurna antara tiga unsur yaitu bahan bakar, udara dan api. Untuk mengatur itu semua dalam engine dilengkapi sebuah energi listrik untuk menghasilkan api pembakaran. Sistem pengapian engine adalah solusi dari itu semua. Nah disini akan dipaparkan cara penyetelan celah platina engine Kijang yang merupakan syarat terciptanya sistem pengapian yang baik. Pengapian ini merupakan jenis pengapian konvensional, dimana percikan bunga api listrik yang dihasilkan oleh pengaturan distributor sebagai pembagi arus ke masing-masing busi. Distributor memegang peranan penting untuk kelangsungan percikan bunga api secara terus menerus selama mobil hidup. Seperti yang terlihat di gambar adalah menunjukkan delco/distributor Kijang seri 5K/7K, distributor ini terdiri dari komponen utama antara lain : rumah distributor, tutup distributor, vaccum advancer, sentrifugal advancer, rotor, platina, condensor, as dan nok distributor. Komponen utama yang akan dilakukan penyetelan adalah platina/breaker point/kontak pemutus. Komponen ini mempunyai fungsi untuk memutuskan dan menghubungkan arus yang mengalir ke kumparan primer, agar terjadi tegangan induksi pada kumparan sekunder pada coil pengapian. Penyetelan platina menurut standart yang diijinkan dilakukan saat distributor terpasang pada tempatnya. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyetelan ini adalah aturan dasar yang harus dilakukan oleh seorang teknisi untuk merujuk pada benda kerja yang sedang di service. Aturan ini menurut SOP (Standart Operation Procedure) yang seharusnya dilakukan pada engine sesuai merknya. Seharusnya seorang teknisi melakukan pendekatan mutlak terhadapnya, namun demikian pada prakteknya penggabungan antara aturan standart dan aturan praktisi haruslah dilakukan untuk sebuah ketepatan dan kecepatan kerja supaya hasilnya optimal yaitu menghasilkan performa engine yang diinginkan.

Langkah-langkah penyetelan platina yaitu : 

1. Topkan mesin pada silinder 1 TDC (Top Dead Center) atau TMA (Titik Mati Atas) merupakan salah satu cara standart untuk melakukan penyetelan mesin, pembongkaran/overhoul, tune up atau penggantian timing belt. Dengan mengetahui titik mati atas piston di harapkan akan mudah dalam proses perakitan kembali mesin mobil. 
Adapun cara untuk mengetahui TDC atau TMA silinder 1 melalui ciri-ciri sebagai berikut :

a. Melihat tanda di Pulley/Roda gila(Flywell) Untuk mesin umumnya sudah disertakan tanda TDC yaitu biasanya tanda pada pulley harus lurus dengan angka NOL (0) pada body mesin, atau yang berada pada roda gila tanda angka NOL/ huruf T harus lurus dengan tanda pada body.
b. Melihat posisi nok as / noken as (cam shaft) Nok as pada silinder yang TDC posisi roker arm kondisi bebas/ renggang tidak menekan batang valve. Periksa kerengangan batang valve/conecting rod dengan membuka lubang pemasukan oli di tutup kepala silinder, kemudian memasukan jari tangan untuk memastikan memutarnya batang valve.
c. Melihat arah rotor distributor. Untuk Setting timing yang sudah benar bisa juga di lihat dari arah rotor distributor, apabila mengarah ke busi no.2 (saat tutup distributor dilepas) atau kabel busi no.1 (saat tutup distributor dipasang) berarti top silinder 1.
d. Melihat Posisi Piston melalui lobang busi. Biasanya untuk yang masih ragu juga bisa meyakinkan posisi top dari lubang busi apabila langkah no 1,2 dan 3 sudah terlaksana, apabila busi belum terpasang.

 2. Posisikan platina pada puncak nok (Nok Delco) Sebelum dilakukan penyetelan platina dengan obeng (-) dan fuller gauge, terlebih dahulu lakukan pemeriksaan terhadap octan selector, dengan menepatkan tanda octan pada rumah distributor dan kondisikan kalau baut distributor belum terpasang. Langkah selanjutnya adalah menggunakan aturan dasar penyetelan platina, yaitu : a.) penyetelan dilakukan dengan menempatkan fuller pada rubbing block saat posisi platina menutup (0,45 mm), b) penyetelan dilakukan dengan menempatkan fuller pada celah platina dimana rubbing block/ebonit menyentuh ujung nok tertinggi delco (0,40mm)/platina membuka. Aturan yang kita ambil adalah pada point b, sebab apabila ebonit menyentul ujung tertinggi dari nok dengan menggeser distributor ke kiri penuh maka akan dihasilkan akurasi/ketepatan ukuran dan tidak akan kuatir apabila setelah distel platina akan menutup. nb : Biasanya saat top posisi ebonit/kaki platina belum mencapai puncak nok delco, jadi tambah putaran mesin untuk mencapai posisi puncak nok delko.

3. Kendorkan baut pengikat platina Pengendoran baut platina jangan terlalu kendor, cukup setengah putaran atau seperempat putaran saja. 

4. Stel platina sesuai spesifikasi mobil Pergunakan obeng (-) dan fuller gauge ukuran 0,40 mm untuk menyetel platina. Setelah itu lakukan langkah penyetelan yaitu ; a) Geser distributor dan tepatkan ebonit pada permukaan rata pada nok, setelah itu kencangkan baut sebelah kiri pada ujung bawah platina dan jangan terlalu kencang. b) Geser ke kanan penuh distributor sampai titik kontak membuka masukkan fuller gauge dan stel dengan obeng (-) hingga diperoleh ketepatan fuller pada titik kontak platina. Selanjutnya kencang bautnya, demikian juga kencangkan kembali baut sebelah kiri. Pekerjaan ini dilakukan untuk memperoleh tingkat akurasi yang tepat. nb. : Ingat !! celah platina berbanding terbalik dengan sudut dwell 

5. Finishing Sebelum dilakukan pengencangkan baut distributor terlabih dahulu kita periksa dengan fuller ketepatan celah platina dengan menggeser distributor pada obonit tidak menyentuh nok (posisi rata) ukur celah rubbing block-nok (0,45mm). Selanjutnya geser distributor dengan ebonit berada di ujung tertinggi nok, kemudian periksa celah platinanya (0,40mm). Setelah akurat, lakukan langkah selanjutnya mencari derajat pengapian secara manual yaitu ON_kan kunci kontak kemudian geser distributor hingga diperoleh api percikan pada awal membukanya platina. Selanjutnya kencangkan baut distributor. Apabila prosedur ini dilakukan dengan baik hanya butuh waktu kurang dari 5 menit dan di jamin hasil 100% pada kondisi angka sudut dwell = 52o Penyetelan platina dilakukan untuk mengembalikan kondisi saat pengapian supaya tepat dan menepatkan sudut dwell. Penyetelan ini bisa di setting ulang apabila kita mencari derajat pengapian dan sudut dwell yang belum akurat setelah menggunakan alat timing light dan tacho/dwell tester

Rabu, 01 Mei 2013

CARA PENYETELAN KATUB SEPEDA MOTOR

Kali ini saya mencoba share tentang mesin kendaraan, berdasarkan ilmu yang saya dapat.
bila motor tenaganya berkurang maka setelan klepnya perlu di setel kembali.
- Alat-alat yang perlu disiapkan antara lain:
* Obeng (-) besar
* Kunci T 17 (untuk motor Supra X 125/Karisma)
* Kunci T 14 (untuk motor Supra Fit, Tiger)
* Ring 8-9 (untuk motor tipe bebek)
* Ring 10-11 (untuk motor tipe Sport)
* Ring 17 (untuk motor tipe Sport)
* Ring 24 (untuk motor tipe bebek)
* Fuller gauge 1set
* Valve Adjusting wrech (kunci klep)
- Langkah – langakahnya sebagai berikut :
1. Langkah pertama buka kedua tutup klep (In dan Ex) dengan menggunakan kunci Ring 17(tipe bebek) atau Kunci Ring 24(tipe Sport) atau untuk motor karisma dan supra 125 menggunakkan kunci ring 8.
2. Kemudian posisikan agar kondisi valve bebas atau posisi piston pada Titik Mati Atas (TMA), dengan cara buka tutup magnet pada blok mesin kiri dengan menggunakan Obeng (-) besar (ada 2 buah ), pergunakan kunci Ring 14/17 untuk memutar poros engkol berlawanan dengan jarum jam,
3. Sambil memutar poros engkol, perhatikan pada saat valve In bergerak, lihat pada lubang kecil di blok magnet, posisikan tanda T pada garis lurus di lubang kecil blok magnet,
4. Kemudian pegang dan gerak-gerakkan kedua klep untuk memastikan keduanya sudah dalam posisi bebas (sama – sama longgar),
5. Jika langkah diatas sudah benar, maka lakukan penyetelan valve dengan ukuran untuk tiap-tiap motor sbb:
* Tipe Sport (Tiger,Mega Pro,GL Pro,Phantom) ukuran = 0,10mm (±0,01mm).
* Tipe Bebek (Supra Fit, Grand, Legenda, Supra X, Win, GL 100) ukuran celah klep = 0,05mm (±0,01mm).
* Tipe Bebek (Supra X 125, Karisma, Kirana) ukuran celah klep = 0,03mm (±0,01mm)
* Tipe Matic (Vario) ukuran celah klep ( Klep In : 0,15mm (±0,01mm) Klep Ex : 0,26mm (±0,01mm) )
Selanjutnya kendorkan mur pengikat tappet adjuster (baut stelan klep) dengan menggunakan Ring 8-9 / 10-11,
6. Lalu letakkan Fuller gauge sesuai ukuran celah klep kedalam ujung batang klep, putar tappet adjuster(baut stelan klep) sampai terasa apabila fuller gauge di tarik terasa seret dan apabila didorong tidak bisa,
7. Kemudian keraskan lagi mur stelan klep dan cek ulang hasil stelan klep tadi, sampai hasilnya tepat, (bila fuller gauge terasa ditarik seret dan di dorong tidak bisa),
8. Tutup kembali semua komponen yang tadi dibuka kemudian rasakan hasilnya. .
Semoga ini bisa membantu bagi yang ingin belajar menganalisa dan memperbaiki motor sendiri .
thanks be for.

CARA MENYETEL KATUB MOBIL 4TAK/ 4 SILINDER

CARA MENYETEL KATUP MOBIL 4 TAK / 4 SILINDER

Ada 2 cara :

cara 1 top silinder 1 dan 4.

1.putar pully,coakan pully bagian dalam persis pada angka nol katup timing came dengan catatan rotor menghadap ke busi no 2.katup yang disetel:
katub no 1,2,3,dan 5
katub ex :0,30 mm
          in: :0.20 mm

2.top silinder 4.
       pully diputar 360 derajat / 1 putaran,coakan pully bagian dalam persis pada angka 0,katub yang disetel :
       katub no :4,6,7,dan 8

Cara 2

1.top silinder 1
   coakan pully persis pada angka nol rotor menghadap busi no 2.katup yang disetel katup ex dan in.

2.top silinder 3
   pully diputar 180 derajat,katup yang disetel katup ex dan in

3.top silinder 4
   pully diputar 180 derajat,katup yang disetel katup ex dan in

4.top silinder 2
   pully diputar 180 derajat,katup yang disetel katup ex dan in
   dengan ukuran ex :0,30 mm dan in:0,20 mm.

CARA MENYETEL PLATINA MOBIL

Cara Menyetel Platina Mobil

      Cara menyetel Platina mobil mungkin ada yang lagi browsing dan membutuhkan cara penyetelan platina, dan tentunya untuk global/semua jenis kendaraan.


Kesetiaan menggunakan sistem pengapian konvensional pada mobil sering terjadi pada orang-orang yang belum percaya pada sistem elektronik terutama mereka yang demen banget ama ilmu katon alias konvensional platina yang mudah di stel berulang kali, walau padahal kalau sudah menggunakan sistem pengapian elektronik cukup sekali stel untuk selamanya(jangka waktu yang panjang.


Langkah-langkah penyetelan platina yakni:
1. Top kan mesin silinder 1.
Buka cop delco dan Cara memposisikan top mesin bisa di baca di Cara Mengetahui Top mesin (TDC=Top Dead Center).

2. Posisikan platina pada nok puncak(Nok Delko).

Biasanya saat top posisi ebonit/kaki platina belum mencapai puncak nok delko, jadi tambah putaran mesin untuk mencapai posisi puncak nok delko.

3. Kendorkan Baut pengikat platina.

Pengendoran baut platina jangan terlalu kendor, cukup setengah putaran atau sperempat putaran saja.

4. Stel platina sesuai spesifikasi mobil.

Pergunakan obeng minus untuk menyetel platina, tiap2 delko sudah dilengkapi tempat untuk menyetel celah platina(berupa nok/coakan), (stel dengan celah 0.45mm).

5. Finishing.

Kencangkan baut platina dan pasang kembali cop delco

6. Stel saat pengapian menggunakan Timing Light.

Penyetelan Saat pengapian penting untuk mencapai hasil maksimal tuneup mesin.

FUNGSI DAN CARA KERJA KARBURATOR

Karburator merupakan bagian dari mesin yang bertugas dalam sistem pengabutan(pemasukan bahan bakar ke dalam silinder). Untuk itu fungsi dari karburator antara lain:
  1. Untuk mengatur udara dan bahan bakar ke dalam saluran isap.
  2. Untuk mengatur perbandingan bahan bakar-udara pada berbagai beban kecepatan motor.
  3. Mencampur bahan bakar dan udara secara merata.
Proses pemasukan bahan bakar kedalam silinder dinamakan karburasi. Sedangkan alat yang elakukan nya dinamakn karburator. Berikut akan dijelaskan satu per satu bagian dari karburator beserta fungsinya:
1. Mangkok karburator(float chamber)
Berfungsi sebagai penyimpan bahan bakar sementara sebelum digunakan.
2. Klep/jarum pelampung(floater valve)
Berfungsi mengatur masuknya bahan bakar ke dalam mangkuk karburator.
3. Pelampung(floater)
Berfungsi mengatur bahan bakar agar tetap pada mangkuk karburator.
4. Skep/katup gas(throtle valve)
Berfungsi mengatur banyaknya gas yang masuk ke dalam silinder.
5. Pemancar jarum(main nozzle/needle jet)
Berfungsi memancarkan bahan bakar waktu motor di gas, besarnya diatur oleh terangkatnya jarum skep.
6. Jarum skep/jarum gas(Needle jet)
Berfungsi mengaturbesarnya semprotan bahan bakar dari main nozzle pada waktu motor di gas.
7. Pemancar besar(main jet)
Berfungsi memancarkan bahan bakar ketika motor di gas penuh(tinggi)
8. Pemancar kecil/stationer(slow jet)
Berfungsi memancarkan bahan bakar waktu lamsam/stationer.
9. Sekrup gas/baut gas(trhottle screw)
Berfungsi menyetel posisi skep sebelum di gas.
10.Sekrup udara/baut udara(air screw)
Berfungsi mengatur banyaknya udara yang akan dicampur dengan bahan bakar,
11. Katup cuk(choke valve)
Berfungsi menutup udala luar yang akan masuk ke dalam karburator sehingga gas menjadi kaya, digunakan pada waktu start.
Cara kerja dari karburator dimulai pada saat mesin dihidupkan. Saat mesin hidup, mesin mengisap udara luar masuk melalui karburator. Karena kecepatan udara yang memasuki spuyer kecil, maka tekanan udara di permukaan saluran masuk rendah. Sehingga bahan bakar yang memancar melalui spuyer kecil.campuran bahan bakar dan udara akan menghasilkan gas yang nantinya akan dibakar di dalam silinder.

CARA KERJA DISTRIBUTOR


Tugas-nya adalah :
mengarahkan tegangan tinggi dari koil ke masing2 busi - mendistribusikan tegangan tinggi ke busi, ada 2 macam :
1. Point Contact - mengunakan platina sebagai pemutus tegangan tinggi-nya
2. Point Contactless - menggunakan komponen elektronika atau dikenal dengan system CDI dan sudah tidak menggunakan platina lagi(karena permukaan platina lama-kelamaan akan berlubang, mengakibatkan pengapian kurang sempurna).

letak dan posisi Distributor pada mesin SOHC :



sedangkan pada mesin DOHC :



bagaimana bentuk mesin yang sudah menerapkan sistem distributorless(tanpa distributor)?
jawaban-nya ya spt mesin kendaraan A/X kita, karena gambar mesin A/X tertutupi box filter, maka saya ambil contoh gambar mesin lain spt dibawah ini



jadi praktis alat yang namanya distributor(delco) sudah tidak menempel lagi di kendaraan yang menerapkan system distributorless ignition system.

semoga dengan penjelasan ini sudah tahu detail permasalahan yang akan kita bahas  hmmm, sekarang ke topik utama, bagaimana cara kerja sistem pengapian tanpa distributor tsb?(distributorless ignition system)

Gambar pengapian yang terjadi pada mesin, sama saja untuk yang menggunakan distributor maupun tanpa distributor :



Pedoman Utama pengapian pada mesin 4 silinder adalah(menurut saya aja lho ya, nggak sesuai aturan teori teknik) :
1. mesin 4 silinder untuk silinder 1 dan 4, 2 dan 3 selalu bergerak berbarengan naik turun-nya(spt gambar).
2. urutan pengapian mesin 4 silinder adalah 1-3-4-2
3. pengapian dapat terjadi apabila :
    a. posisi silinder naik ke atas(mendekati titik mati atas).
    b. katub masuk dan katub buang pada posisi tertutup rapat.
    c. ada-nya BBM yang dimampat-kan.
    d. adanya percikan bunga api pada busi.

pada kendaraan yang masih menggunakan distributor, sistem pengapian-nya tidak se-rumit distributorless, hal ini dikarenakan :
distributor yang membagi pengapian berhubungan langsung dengan as camshaft, timing pengapian langsung oleh putaran camshaft itu sendiri yang menggerakaan rood distributor.
Jadi praktis pada kendaraan yg menggunakan distributor ECU hanya membaca :
- putaran mesin
- mengatur waktu injeksi BBM
- membaca bukaan throtle(bejekan gas)
- membaca sensor suhu, kecepatan, gear position presneling, AC, stop lamp, reservoir power steering, minyak rem dll.
kevacumman kendaraan terkadang masih dinamis-mekanik(belum dinamis electric spt. MAP sensor) mengunakan vaccum plate pada distributor.

Sensor yang berperan penuh dalam pengapian adalah CKP(Crankcase Position) dan CMP(Camshaft Position) Sensor.
Tugas sensor CKP adalah:
membaca posisi dari silinder no 1 dan 4, apakah sudah berada pada posisi Titik Mati Atas(Top Dead Center), memberikan masukan ECU unt. menentukan waktu injeksi dan pengapian.
Tugas sensor CMP adalah:
membaca bukaan dari katub intake dan katub exhaust kendaraan, memberikan masukan ECU unt. mengawali pengapian dari silinder nomor 1 terlebih dahulu sesuai dengan urutan 1-3-4-2.

jadi pada saat kendaraan pertama kali start ECU masih belum tahu posisi silinder mana yang akan diaktifkan pengapian-nya, ECU bisa inisialisasi pengapian setelah menemukan titik awal TDC(sensor CKP) dan posisi katup(sensor CMP).

Berdasarkan literatur yang saya dapat bahwa plat signal unt. CMP terdiri dari 3 gigi dan plat signal unt. CKP adalah 30(36 dikurangi 6) gigi, beserta referensi signal CKP dan CMP maka saya menarik kesimpulan signaling CMP, CKP dan Spark Ignition Order adalah berdasarkan graphic dibawah ini :



dimana :
CH1 dari oscilloscope adalah CMP Signal
CH2 dari oscilloscope adalah CKP Signal

Ignition order spark adalah busi yang meletup 1-3-4-2 beserta derajad active putaran mesin-nya(biasanya dimajuin dikit2 by ECU atau vacum advancer)
ex:
busi 1 (0' maju dikit, atau sebelum 0')
busi 3 (180' maju dikit atau sebelum 180')
busi 4 (360' maju dikit atau sebelum 360')
busi 2 (540' maju dikit atau sebelum 540')
maju dikit-nya tergantung kondisi RPM mesin, semakin tinggi RPM-nya semakin banyak sudut maju-nya