Tugas-nya adalah :
mengarahkan tegangan tinggi dari koil ke masing2 busi - mendistribusikan tegangan tinggi ke busi, ada 2 macam :
1. Point Contact - mengunakan platina sebagai pemutus tegangan tinggi-nya
2.
Point Contactless - menggunakan komponen elektronika atau dikenal
dengan system CDI dan sudah tidak menggunakan platina lagi(karena
permukaan platina lama-kelamaan akan berlubang, mengakibatkan pengapian
kurang sempurna).
letak dan posisi Distributor pada mesin SOHC :
sedangkan pada mesin DOHC :
bagaimana bentuk mesin yang sudah menerapkan sistem distributorless(tanpa distributor)?
jawaban-nya
ya spt mesin kendaraan A/X kita, karena gambar mesin A/X tertutupi box
filter, maka saya ambil contoh gambar mesin lain spt dibawah ini
jadi
praktis alat yang namanya distributor(delco) sudah tidak menempel lagi
di kendaraan yang menerapkan system distributorless ignition system.
semoga dengan penjelasan ini sudah tahu detail permasalahan yang akan kita bahas
, sekarang ke topik utama, bagaimana cara kerja sistem pengapian tanpa distributor tsb?(distributorless ignition system)
Gambar pengapian yang terjadi pada mesin, sama saja untuk yang menggunakan distributor maupun tanpa distributor :
Pedoman Utama pengapian pada mesin 4 silinder adalah(menurut saya aja lho ya, nggak sesuai aturan teori teknik) :
1. mesin 4 silinder untuk silinder 1 dan 4, 2 dan 3 selalu bergerak berbarengan naik turun-nya(spt gambar).
2. urutan pengapian mesin 4 silinder adalah 1-3-4-2
3. pengapian dapat terjadi apabila :
a. posisi silinder naik ke atas(mendekati titik mati atas).
b. katub masuk dan katub buang pada posisi tertutup rapat.
c. ada-nya BBM yang dimampat-kan.
d. adanya percikan bunga api pada busi.
pada kendaraan yang masih menggunakan distributor, sistem pengapian-nya tidak se-rumit distributorless, hal ini dikarenakan :
distributor
yang membagi pengapian berhubungan langsung dengan as camshaft, timing
pengapian langsung oleh putaran camshaft itu sendiri yang menggerakaan
rood distributor.
Jadi praktis pada kendaraan yg menggunakan distributor ECU hanya membaca :
- putaran mesin
- mengatur waktu injeksi BBM
- membaca bukaan throtle(bejekan gas)
- membaca sensor suhu, kecepatan, gear position presneling, AC, stop lamp, reservoir power steering, minyak rem dll.
kevacumman
kendaraan terkadang masih dinamis-mekanik(belum dinamis electric spt.
MAP sensor) mengunakan vaccum plate pada distributor.
Sensor yang berperan penuh dalam pengapian adalah CKP(Crankcase Position) dan CMP(Camshaft Position) Sensor.
Tugas sensor CKP adalah:
membaca
posisi dari silinder no 1 dan 4, apakah sudah berada pada posisi Titik
Mati Atas(Top Dead Center), memberikan masukan ECU unt. menentukan waktu
injeksi dan pengapian.
Tugas sensor CMP adalah:
membaca bukaan
dari katub intake dan katub exhaust kendaraan, memberikan masukan ECU
unt. mengawali pengapian dari silinder nomor 1 terlebih dahulu sesuai
dengan urutan 1-3-4-2.
jadi pada saat kendaraan pertama kali
start ECU masih belum tahu posisi silinder mana yang akan diaktifkan
pengapian-nya, ECU bisa inisialisasi pengapian setelah menemukan titik
awal TDC(sensor CKP) dan posisi katup(sensor CMP).
Berdasarkan
literatur yang saya dapat bahwa plat signal unt. CMP terdiri dari 3 gigi
dan plat signal unt. CKP adalah 30(36 dikurangi 6) gigi, beserta
referensi signal CKP dan CMP maka saya menarik kesimpulan signaling CMP,
CKP dan Spark Ignition Order adalah berdasarkan graphic dibawah ini :
dimana :
CH1 dari oscilloscope adalah CMP Signal
CH2 dari oscilloscope adalah CKP Signal
Ignition
order spark adalah busi yang meletup 1-3-4-2 beserta derajad active
putaran mesin-nya(biasanya dimajuin dikit2 by ECU atau vacum advancer)
ex:
busi 1 (0' maju dikit, atau sebelum 0')
busi 3 (180' maju dikit atau sebelum 180')
busi 4 (360' maju dikit atau sebelum 360')
busi 2 (540' maju dikit atau sebelum 540')
maju dikit-nya tergantung kondisi RPM mesin, semakin tinggi RPM-nya semakin banyak sudut maju-nya