SEJARAH MESIN DIESEL
Penemu mesin diesel (mesin minyak aslinya) adalah Rudolf Christian Karl Diesel,
seorang insinyur berkebangsaan Jerman yg lahir di Paris 1858. Mesin
ciptaannya ini sangat-sangat revolusioner, sudah menggunakan bahan bakar
nabati, seperti minyak kacang dan minyak ganja, ketimbang bahan bakar
fossil (bensin cs).
Padahal jaman itu (akhir abad 19 dan awal abad 20) mana ada orang mikir krisis energi minyak, apalagi global warming.
Sedemikian
hebatnya itu mesin, membuat pesaing2nya di dunia otomotif gigit jari.
Hingga di bulan September 1913, Diesel hilang secara misterius dari
kabin kamarnya di kapal SS Dresden saat bepergian dari Jerman ke
Inggris. Baru lima hari kemudian mayatnya ditemukan terapung di Sungai
Scheldt (Jerman). Tak seorang pun bisa menyibak misteri di balik
kematian Diesel tersebut.
Beberapa
tahun kemudian, tepatnya tahun 1937 di Jepang, berdirilah sebuah pabrik
mesin bernama Tokyo Jidosha Kogyo Company yg belakangan berganti nama
jadi Isuzu, yg line product-nya adalah Mesin Diesel!
Konon salah seorang murid/asisten Diesel berhasil mengcopy seluruh
desain rancang bangun mesin tersebut dan mengembangkannya di Jepang atas
perintah Kaisar Tenno Haika Hirohito u/ menjalankan mesin perangnya di
Asia Pasifik.
Selama
Perang Dunia II, Jepang membumi hanguskan semua sumur minyak milik
kolonial Belanda, Inggris dan Perancis di Asia Tenggara. Namun, di sisi
lain, Jepang juga memerintahkan anak jajahannya u/ menanam jarak pagar, yg bijinya diperas u/ dijadikan biodiesel yg menggerakkan tank dan kapal perang mereka.
Balatentara
Jepang dgn mesin perang bermesin dieselnya nyaris tak terkalahkan oleh
Amerika Serikat. Hanya 4 buah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki lah yg
mampu menghentikan laju gerak pasukan bersepatu karet tersebut melibas
Asia-Pasifik. Sementara Jendral Douglas MacArthur tergopoh-gopoh balik
menyerang dengan risiko kekurangan suplai minya bensin di sepanjang
jalur penyerangannya di Pasifik Selatan, yg boleh dibilang mendahulukan
merebut sumur-sumur minyak di Papua, Sulawesi dan Kalimantan!
Makanya
jangan heran kenapa mesin diesel masih berbahan bakar solar (temannya
bensin khan), bukan minyak jarak atau minyak kelapa sawit. Semua
lantaran pelaku industri minyak tidak mau rugi dan digulung oleh petani
kacang, kelap asawit dan jarak pagar!
Pada
saat menerima hak paten atas mesin ciptaannya di Pekan Raya Paris 1912,
Rudolf Diesel menyampaikan pidato yg sangat-sangat berarti di era
Global Warming saat ini:
“Der
Gebrauch von Pflanzenöl als Krafstoff mag heute unbedeuntend sein. Aber
derartige Produkte können im Laufe der Zeit obenso wichtig werden wie
Petroleum und diese Kohle-Teer-Produkte von heute.” (Pemakaian
minyak nabati sebagai bahan bakar untuk saat ini sepertinya tidak
berarti, tetapi pada saatnya nanti akan menjadi penting, sebagaimana
minyak bumi dan produk tir-batubara saat sekarang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar